Tuesday, October 2, 2018

Nanomedicine : An Introduction

By: dr. Sari Eka Pratiwi

Tentu saja istilah Nanomedicine saat ini sudah tidak lagi asing ditelinga kita, bahkan sudah sangat banyak produk-produk tertentu yang mengklaim menggunakan tekhnologi ini. Namun, apakah pemahaman kita mengenai definisi nanomedicine ini sudah tepat? Mari kita bahas bersama-sama mengenai definisi dan terapan dari nanomedicine ini satu-persatu.
Nanomedicine didefinisikan sebagai aplikasi medis dari suatu tekhnologi nano yang didisain dan dikonstruksi dalam skala nanometer (nanoscale). Nanoscale ini berukuran sangat kecil, yaitu 1 nm sama dengan 10-9meter. Nanomedicine dapat digunakan untuk aplikasi medis yang sangat luas mencakup biosensor, mode diagnostik, terapi, pencegahan berbagai penyakit dan banyak lagi aplikasi medis lainnya. 
 

Pada area penelitian kedokteran, nanomedicine difokuskan pada pengembangan nanopartikel untuk kepentingan profilaksis, diagnosis dan terapeutik. Nanoterapeutik telah mendapat persetujuan FDA dan telah digunakan oleh klinisi, yang mencakup untuk pengobatan kanker, kolesterol tinggi, penyakit autoimun, infeksi jamur, degenerasi macula, hepatitis dan banyak lagi kondisi lainnya. Aplikasi medis lainnya untuk nanopartikel yaitu penggunaannya dalam vaksinasi, agen kontras MRI, label biologis fluorescent, deteksi patogen, identifikasi protein, probing struktur DNA, tissue engineering, agen penghantaran obat dan gen, serta pemisahan molekul biologi dan sel.
Penggunaan tekhnologi nano ini digunakan dengan harapan dapat memperkecil efek samping yang tidak diinginkan dan agar terapi dapat tepat sasaran menuju tempat (organ maupun sel) yang diinginkan. Sehingga dengan tekhnologi ini, penghantaran suatu obat akan lebih efisien dan meningkatkan outcome dengan dosis yang lebih kecil. Sebagai contoh tekhnologi nano yang sering digunakan adalah untuk terapi kanker. Dengan menggunakan tekhnologi nano, kemoterapi dapat diberikan langsung ke area tumor dan meminimalisir paparan terhadap organ dan jaringan tubuh lainnya.
Tekhnologi nano juga dapat menurunkan kuantitas untuk mengkonsumsi obat-obatan. Seperti yang telah kita ketahui, tubuh manusia dapat dengan sangat cepat mengeliminasi obat-obatan keluar tubuh, dan mengakibatkan berkurangnya durasi aksi obat. Sebagai contohnya, terapi terkini untuk age-related macular degeneration (AMD) membutuhkan injeksi setiap bulannya kedalam mata, namun jika menggunakan tekhnologi nano, maka obat-obatan tersebut akan dieliminasi dengan lebih lambat sehingga waktu injeksi dapat dikurangi hingga sekali tiap 6 bulan. Nanopartikel sendiri dibiodegradasi secara lambat menjadi komponen yang secara alami terjadi didalam tubuh, dan dieliminasi dari tubuh setelah aksi obat-obatan tersebut selesai.
Nanomaterial juga berpotensi besar untuk alat-alat medis. Sebagai contoh, banyak peneliti yang telah melakukan studi penggunaan nanopartikel pada biocaptors, implant okuler, dan retina artifisial. Aplikasi lainnya dalam peralatan medis yaitu neuroprostheses yang digunakan untuk mengganti neuron yang rusak, serta pembuatan implant serebral untuk mengatasi nyeri, kerusakan otot, depresi dan penyakit neurodegeneratif. Nanopartikel juga digunakan untuk deteksi biomarker dan imaging diagnostik.

Pustaka
1.        Ventola CL. The nanomedicine revolution: part 2: current and future clinical applications. P T [Internet]. 2012;37(10):582–91. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=3474440&tool=pmcentrez&rendertype=abstract
2.             https://cnm-hopkins.org/what-is-nanomedicine/
3.             http://www.acn.unsw.edu.au/nanomedicine-in-the-clinic