Tentu saja istilah Nanomedicine saat ini sudah tidak lagi
asing ditelinga kita, bahkan sudah sangat banyak produk-produk tertentu yang
mengklaim menggunakan tekhnologi ini. Namun, apakah pemahaman kita mengenai
definisi nanomedicine ini sudah
tepat? Mari kita bahas bersama-sama mengenai definisi dan terapan dari nanomedicine ini satu-persatu.
Nanomedicine didefinisikan sebagai aplikasi medis dari suatu
tekhnologi nano yang didisain dan dikonstruksi dalam skala nanometer (nanoscale). Nanoscale ini berukuran sangat
kecil, yaitu 1 nm sama dengan 10-9meter. Nanomedicine dapat digunakan untuk aplikasi medis yang sangat luas
mencakup biosensor, mode diagnostik, terapi, pencegahan berbagai penyakit dan
banyak lagi aplikasi medis lainnya.
Pada area penelitian
kedokteran, nanomedicine difokuskan
pada pengembangan nanopartikel untuk kepentingan profilaksis, diagnosis dan
terapeutik. Nanoterapeutik telah mendapat persetujuan FDA dan telah digunakan oleh
klinisi, yang mencakup untuk pengobatan kanker, kolesterol tinggi, penyakit
autoimun, infeksi jamur, degenerasi macula, hepatitis dan banyak lagi kondisi
lainnya. Aplikasi medis lainnya untuk nanopartikel yaitu penggunaannya dalam
vaksinasi, agen kontras MRI, label biologis fluorescent, deteksi patogen,
identifikasi protein, probing struktur DNA, tissue
engineering, agen penghantaran obat dan gen, serta pemisahan molekul biologi
dan sel.
Penggunaan tekhnologi nano ini
digunakan dengan harapan dapat memperkecil efek samping yang tidak diinginkan
dan agar terapi dapat tepat sasaran menuju tempat (organ maupun sel) yang
diinginkan. Sehingga dengan tekhnologi ini, penghantaran suatu obat akan lebih
efisien dan meningkatkan outcome dengan
dosis yang lebih kecil. Sebagai contoh tekhnologi nano yang sering digunakan
adalah untuk terapi kanker. Dengan menggunakan tekhnologi nano, kemoterapi
dapat diberikan langsung ke area tumor dan meminimalisir paparan terhadap organ
dan jaringan tubuh lainnya.
Tekhnologi nano juga dapat
menurunkan kuantitas untuk mengkonsumsi obat-obatan. Seperti yang telah kita
ketahui, tubuh manusia dapat dengan sangat cepat mengeliminasi obat-obatan
keluar tubuh, dan mengakibatkan berkurangnya durasi aksi obat. Sebagai contohnya,
terapi terkini untuk age-related macular
degeneration (AMD) membutuhkan injeksi setiap bulannya kedalam mata, namun
jika menggunakan tekhnologi nano, maka obat-obatan tersebut akan dieliminasi
dengan lebih lambat sehingga waktu injeksi dapat dikurangi hingga sekali tiap 6
bulan. Nanopartikel sendiri dibiodegradasi secara lambat menjadi komponen yang
secara alami terjadi didalam tubuh, dan dieliminasi dari tubuh setelah aksi
obat-obatan tersebut selesai.
Nanomaterial juga berpotensi
besar untuk alat-alat medis. Sebagai contoh, banyak peneliti yang telah
melakukan studi penggunaan nanopartikel pada biocaptors, implant okuler, dan retina artifisial. Aplikasi lainnya
dalam peralatan medis yaitu neuroprostheses
yang digunakan untuk mengganti neuron yang rusak, serta pembuatan implant serebral
untuk mengatasi nyeri, kerusakan otot, depresi dan penyakit neurodegeneratif. Nanopartikel
juga digunakan untuk deteksi biomarker dan imaging
diagnostik.
1.
Ventola CL. The nanomedicine
revolution: part 2: current and future clinical applications. P T [Internet].
2012;37(10):582–91. Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=3474440&tool=pmcentrez&rendertype=abstract
2.
https://cnm-hopkins.org/what-is-nanomedicine/
3.
http://www.acn.unsw.edu.au/nanomedicine-in-the-clinic